Miris Menyaksikan Tugu Pahlawan di Negeri Orang Tak Pernah Sepi dari Karangan Bunga
Kembali saya menyaksikan beberapa karangan bunga yang diletakkan disana. Tergelitik ingin tahu, saya mencoba bertanya pada seorang wanita yang baru saja meletakkan rangkaian bunga dan berdoa sesaat. Sebelum meninggalkan lokasi, saya sempat bertanya:” Apakah ada keluarganya yang namanya tertulis didinding tugu tersebut? “
Yang ditanya malah heran dan menjawab dengan sopan:”Untuk menghargai pahlawan,kita tidak harus ada hubungan kekeluargaan. Karena mereka sudah memberikan hidupnya, sehingga kita dapat menikmati hidup di Australia hingga saat ini.” Jawaban ini membuat wajah saya memerah.
Benar, kita tidak harus ada hubungan kekerabatan untuk meletakkan karangan bunga dimakam para pahlawan karena mereka sudah memberikan yang terbaik,yakni hidup mereka sendiri. Mereka mati agar kita bisa menikimati hidup di negara merdeka..
Miris Ingat Tugu Pahlawan di Negeri Kita
Terbayang tugu pahlawan di tanah air kita, hanya disinggahi sekali dalam setahun. Selanjutnya akan menjadi hari hari sepi tanpa bunga bagi para pahlawan kita yang jasadnya sudah melebur dalam pangkuan Ibu Pertiwi. Sepi tanpa bunga ,sepi tanpa kunjungan dan sepi tanpa dikenang.
Semoga kita tidak terlena akan hal hal yang bersifat seremonial semata dan melupakan sesuatu yang sangat esensial,yakni mewarisi semangat dan nilai perjuangan para pahlawan . Untuk meneladaninya dan ikut bertanggung jawab terhadap nusa dan bangsa Indonesia, dimanapun kita berada.
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menempatkan penulis sebagai orang yang berjiwa nasional. Tapi semata saling mengingatkan bahwa pengorbanan para Pahlawan kita bukan hanya untuk dikagumi dan diperingati,tapi terlebih penting adalah menerapkan semangat juang mereka dan mengaplikasikannya dalam gerak hidup kita.
Selamat Hari Pahlawan,semoga kita semua mampu meneladani semangat perjuangan mereka!
Mount Saint Thomas, 10 November, 2014
Tjiptadinata Effendi
sumber: kompasiana